Senin, 26 Maret 2018

Jejak Konglomerat Oei Tiong Ham


Jejak kekayaan Oei Tiong Ham, orang Semarang  terkaya se Asia Tenggara di era kolonial saat ini sudah jarang terlihat. Hanya bangunan tua yang tersebar di Kota Semarang yang disinyalir bekas milik konglomerat berdarah tionghoa itu. 

Salah satu yang masih berdiri kokoh tentu bangunan tua di Jalan Kyai Saleh yang sekarang jadi Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Berawal dari Candu menjadi Raja Gula Asia.  Kisah perjalanan Tiong Ham sedikit diungkapkan oleh ketua komunitas Lopen, Muhammad Yogi Fajri pada RMOL Jateng. Ia bercerita, awal mula kekayaan Oei Tiong Ham berasal dari bisnis impor candu atau opium.

"Oei Tiong Ham adalah putera dari Oei Tjie Sien, pengusaha kaya dari Semarang yang salah satu hasil kekayaannya didapat karena menjadi pachter candu," kata Yogi.

Apa itu pachter candu? Ia menjelaskan, profesi itu adalah importir narkoba jenis opium yang secara resmi mendapatkan hak dari pemerintah kolonial kala itu. 

Di era itu candu begitu populer. Sama seperti era saat ini, candu menyeluruh hingga kelapisan masyarakat paling bawah. Tiong Ham salah satu orang yang mengeruk banyak keuntungan dari pachter candu. Berkat kedekatannya dengan para petinggi saat itu, Tiong Ham leluasa menjalankan bisnis candunya.

Namun, pundi-pundi harta pria yang lahir di Semarang 1866 silam itu tidak selamanya dari dunia candu.Setelah bisnis candu dilarang, Oei Tiong Ham melalui perusahaan yang dirintis ayahnya yakni NV. Kian Gwan berekspansi ke produk agrikultur, utamanya gula. Bisnis ini yang kelak menjadikannya dikenal sebagai raja gula.

Oei Tiong Ham pun mengembangkan  konglomerasi dengan membuat perusahaan-perusahaan  lain yang menunjang usahanya, seperti perbankan (Oei Tiong Ham Bankvereeniging), pergudangan (NV Midden Java Veem), ekspedisi laut (NV Heap Eng Moh Steamship Co.), dsb. 

Semasa hidupnya, Yogi berujar sosok Raja Gula itu tidak memihak pribumi atau belanda. Menurutnya, Oei Tiong Ham justru condong ke kaum tiong hoa. 

"Mungkin  lebih ke orang tionghoanya ya, Beliau salah satu donatur utama pergerakan tionghoa, Tiong Hwa Hwe Kwan (THHK)," ujarnya.

Singkat cerita, lambat laun bisnis NV Kian Gwan mulai menurun hingga pada 1961 diputus bersalah dalam dakwaan penggelapan pajak tahun 1961. Semua assetnya dinasionalisasi bahkan asset pribadi, dan kini dimiliki oleh BUMN, PT Rajawali Nusindo. 

Pemerhati Sejarah Semarang, Jongkie Tio, juga mengatakan paska Indonesia merdeka, tahun 1961, banyak aset Oei Tiong Ham yang diambil-alih oleh Pemerintah Indonesia pada masa itu. Saat ini, katanya, hanya tersisa beberapa bangunan yang masih berdiri. 

Contohnya, lanjut dia, di sebelah Purnomo Musik, katanya dulu merupakan rumah utama Oei Tiong Ham. Selain itu, di pojokan Jalan Kiai Saleh, dan di Simongan.

"Dulu yang di Simongan itu saya sering ke sana tahun 70-an. Rumah itu sangat bagus, itu rumah ayahnya. Di salah satu balkon rumah itu, bisa melihat langsung Pelabuhan Semarang," terang Jongkie Tio.

Menurut Jongkie, Oei Tiong Ham adalah pengusaha tulen. Dia mengatakan kalau Oei Tiong Ham selalu mendekati penguasa. Bahkan, Tiong Ham sangat kenal dengan Gubernur Jendral Hindia Belanda di Jakarta. Mungkin, lanjut dia, ewat kedekatan itu, usaha Oei Tiong Ham bisa sangat maju.

"Dia orang tiong hoa yang tidak tinggal di Pecinan. Dia mengenakan baju dan bergaya eropa. Sangat elegan, saat itu," kata Jongkie.

Jongkie Tio juga menerangkan, hingga saat ini, keturunan Oei Tiong Ham masih ada di Indonesia. Salah satu yang masih ada, lanjut dia, adalah keturunan dari istri berdarah jawa. Kata dia, keturunan Oei Tiong Ham membuka usaha restoran di Jakarta, dan beberapa tempat lainnya.

"Selain itu, ada juga yang di Malang. Dia menyimpan ratusan benda milik kakeknya itu," ungkap dia.

Tak hanya itu, salah satu keturunan Oei Tiong Ham juga berada di Thailand, namanya, Oei Tjiong Bo. Menurut Jongkie, Oei Tjiong Bo meneruskan usaha keluarga Oei Tiong Ham di Thailand. 

"Kalau tidak salah bisnisnya bidang developer. Katanya sampai ke Cina juga. Kalau yang di Semarang sendiri tidak terlalu jelas posisinya," imbuhnya.

Jongkie menceritakan, Oei Tiong Ham, selain memiliki usaha gula juga memiliki usaha pengembang. Katanya, dulu, Jongkie gemar menanam pohon Trembesi di halaman depan rumah yang dibangun dia. 

"Salah satunya di Restoran Semarang. Perusahaan dia yang bangun di sini dulu. Jadi, dia tidak kaya hanya lewat gula, namun ada usaha lainnya juga bahkan hingga luar negeri," papar dia. [RMOLJateng] 


Futsal Antar Media 2018 (Desain Backdrop)



Tim futsal Harian Tribun Jateng berhasil memboyong piala juara satu di kompetisi Futsal Antar Media 2018.  Tim anak perusahaan Kompas Gramedia itu menjadi pemenang setelah menghempaskan tim futsal TV Ku dengan sekor 2-1.

Tak hanya itu, pemain Tribun Jateng Tommy Rendy Yanuar juga dinobatkan sebagai pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak dalam kompetisi yang digelar di Futsal Stadium Pamularsih, Minggu (11/3) tersebut.

Total ada 12 tim dari berbagai media yang ikut dalam kompetisi futsal yang digagas Journalist Creative bekerjasama dengan Askot PSSI Kota Semarang itu. Menyusul Tribun dan TV ku, tim futsal Harian Suara Merdeka menjadi yang ketiga dan disusul Cakra TV di juara ke empat.

"Senang sekali bisa ikut mendukung kegiatan ini. Kami ingin minat untuk terus berolahraga tetap terjaga," kata Ketua Askot PSSI, Supriyadi saat membuka kegiatan.

Supriyadi berharap, kegiatan serupa bisa terus diselenggarakan. Bersama Askot PSSI, Ketua DPRD Kota Semarang tersebut juga berkomitmen mendukung dan memberi ruang kompetisi untuk memicu semangat berolahraga khususnya di bidang sepak bola ataupun futsal. "Kami memang konsen di sepak bola daerah, termasuk memberi ruang para pecinta olah raga bola hingga tingkat paling bawah," imbuh Supriyadi.

Kegiatan futsal antar media juga didukung berbagai pihak. Diantaranya Pertamina, Sido Muncul, Luwak White Koffie, serta Kadin Kota Semarang.

Sumber dokumentasi selengkapnya....

Selasa, 27 Februari 2018

Diskusi Investasi Sehat & Pensiun Pribadi (Desain Backdrop)


Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Bank Jateng mulai mengincar generasi muda untuk menyiapkan jaminan finansial di hari tua.

Melalui produk Sejahtera Tiada Akhir (Setia), Bank Jateng optimis generasi muda atau yang lagi tren disebut generasi milenial tertarik memikirkan dana pensiun.

Wakil Kepala DPLK Bank Jateng, Ernawan Sulistyo menyebut sejauh ini Bank Jateng terus melakukan pendekatan-pendekatan ke generasi muda. Menurutnya, saat ini banyak anak muda yang produktif dan sudah mulai berfikit kedepan.

"Kami dekati dan responnya cukup bagus. Generasi milenial sekarang pikirannya kedepan," kata Ernawan dalam diskusi Investasi Sehat dan Pensiun Pribadi Now or Never yang digelar di Gedung Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Selasa (27/2).

Ernawan menjelaskan, mekanisme DPLK Setia sangat memberi keuntungan nasabah. Mulai iuran yang fleksibel hingga keuntungan yang akan didapat di hari tua lagi. 
"Setia bagus untuk pegawai informal atau buruh sekaligus. Bahkan pemetik teh Gunung Tambi banyak yang ikut," imbuh Ernawan.

Sementara, dalam diskusi yang digagas Forum Wartawan Pemprov-DPRD Jawa Tengah (FWPJT) itu juga turut menghadirkan pengamat ekonomi Judi Budiman. Senada dengan Ernawan, Dosen Unissula tersebut juga menilai di era sekarang ini investasi jangka panjang sangatlah penting. 

Menurutnya, para generasi muda sudah harus memikirkan jaminan untuk dirinya sendiri di hari tua nanti." Banyaknya program dana pensiun berkualitas tentu akan merangsang minat masyarakat, khususnya generasi muda," tandasnya.



Desain Company Profile Jurnalis Creative


Jurnalist Creative adalah media konsultan, sosial media strategis, production house dan event organizer yang beroperasi sejak 10 Februari 2015. Pengalaman menangani berbagai klien kami dengan potensi ide kreatif yang siap dituangkan, membuat kami selalu memberikan yang terbaik.

Latar belakang jurnalis membuat kami memiliki pandangan yang luas mengatasi tantangan pekerjaan. Kami siap membantu anda.